Tulis & Tekan Enter
images

Aie Natasha Wakili Indonesia di Forum Regional PBB di Bangkok

Kaltimkita.com, BANGKOK – Nama Aie Natasha kembali mengharumkan Indonesia di panggung internasional. CEO Enable Project sekaligus Koordinator Konsorsium Gerbangtara ini didapuk menjadi pembicara dalam konferensi regional bertajuk Corporate Sustainability and Environmental Rights in Asia yang diselenggarakan oleh UNDP dan UNEP di United Nations Conference Centre (UNCC-BKK), Bangkok, Thailand, pada 18 Maret 2025.

Dalam forum internasional tersebut, Aie yang merupakan anak muda asal Balikpapan, menekankan bahwa keberlanjutan bukan sekadar kewajiban formal perusahaan, melainkan peluang strategis untuk menciptakan inovasi yang inklusif dan berdampak.

“Sustainability bukan soal kepatuhan, tapi peluang untuk membangun sistem yang lebih adil dan bertanggung jawab,” tegas Aie yang juga pernah menyandang gelar Puteri Pariwisata Indonesia Kaltim 2021.

Ia turut menggarisbawahi pentingnya pengembangan green skills—keterampilan berbasis keberlanjutan—sebagai fondasi dalam menghadapi transformasi industri dan mendukung ekonomi hijau.

“Peningkatan kapasitas SDM dengan keterampilan hijau adalah kunci untuk menavigasi transisi energi bersih sekaligus membuka ruang inovasi dalam ekonomi sirkular,” paparnya.

Kolaborasi Pentahelix Jadi Kunci

Dalam paparannya, Aie juga menyerukan pentingnya pendekatan kolaboratif lintas sektor atau pentahelix, yang mencakup sinergi antara pemerintah, sektor bisnis, masyarakat sipil, akademisi, dan media. Menurutnya, pendekatan ini krusial untuk menghasilkan kebijakan yang berorientasi pada keberlanjutan sekaligus menghormati hak asasi manusia.

“Perubahan tidak bisa dilakukan sendirian. Kita perlu keterlibatan semua pihak agar inovasi tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tapi juga ramah lingkungan dan inklusif,” ucapnya.

Menariknya, Aie juga memanfaatkan panggung internasional ini untuk memperkenalkan Kalimantan Timur dan Ibu Kota Nusantara (IKN) sebagai simbol masa depan pembangunan berkelanjutan Indonesia.

“Kaltim dan IKN mencerminkan arah baru pembangunan nasional yang menekankan keberlanjutan, kolaborasi, dan keseimbangan antara teknologi dan alam,” tuturnya di hadapan para peserta konferensi dari berbagai negara.

Aie tampil sejajar dengan para tokoh internasional seperti Ben Hardman (Earth Rights International), Sarayu Natarajan (Aapti Institute), dan Jehan Wan Aziz (UNDP Malaysia), dalam sesi yang membahas arah baru pengembangan teknologi yang berlandaskan hak asasi manusia dan perlindungan lingkungan di kawasan Asia-Pasifik.

Konferensi ini menjadi ruang penting bagi para pemimpin muda dan praktisi dari seluruh Asia untuk saling berbagi strategi dalam membentuk masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.(*)


TAG

Tinggalkan Komentar