Kaltimkita.com, BALIKPAPAN - Namanya Briptu Trisna Ros Meidiasari. Dia dilantik menjadi anggota Polri pada 29 Desember 2014 lalu, dan kini berdinas di Subdit IV Renakta Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Kaltim.
Perannya begitu penting bagi kaum perempuan dan anak, karena ia bertugas memberikan pelayanan perlindungan dari segala bentuk kejahatan terhadap perempuan dan anak.
Potret lain Briptu Trisna
Berkarir menjadi abdi negara sebagai seorang Polisi Wanita (Polwan), semula tidak terbayang dalam rencana hidup Briptu Trisna, sapaan akrab Briptu Trisna Ros Meidiasari.
Sejak kecil, wanita kelahiran Balikpapan, 31 Mei 1996 itu bermimpi menjadi seorang dokter anak. Namun jalan hidup menuntunya mejadi seorang penegak hukum.
"Cita-cita saya jadi dokter anak, enggak kesampaian. Sekarang jadi seorang anggota Polri, bersyukur karena tugas saya menangani kasus-kasus terkait perempuan dan anak, tak jauh dari cita-cita saya," kata Briptu Trisna saat berbincang melalui sambungan telepon, Selasa (10/1/2023).
Setelah resmi menjadi anggota Polri, Briptu Trisna ditempatkan di Ditreskrimum Polda Kaltim pada tahun 2015 lalu. Saat itu dia bertugas di bagian staf. Kemudian, pada tahun 2018 ditugaskan menjadi ajudan ibu Waka Polda Kaltim, dan 2019 melanjutkan tugas BKO sebagai ajudan ibu Kapolda Sulawesi Tengah.
"Tahun 2020 saya kembali ke Polda Kaltim dan berdinas di Subdit IV Renakta Ditreskrimum sebagai penyidik pembantu sampai saat ini," ungkap Briptu Trisna.
Di Subdit IV Renakta, Briptu Trisna mengaku semakin sering menangani berkas perkara terkait kasus kejahatan terhadap perempuan dan anak. Baik itu yang dilakukan oleh orang terdekat korban maupun oleh teman sebayanya.
"Sejak saya bertugas di Renakta, sering menangani berkas perkara kasus yang menimpa perempuan dan anak. Sebagai seorang perempuan dan juga seorang ibu, saat menangani kasus-kasus seperti itu tentu ada perasaan sedih, kasian saat melihat kondisi korban," ujarnya.
Penanganan kasus yang menimpa perempuan dan anak, lanjut wanita murah senyum itu, bukanlah perkara mudah. Penangananya memerlukan perlakuan khusus. Sebab, kebanyakan para korban tidak terbuka dengan apa yang dialaminya.
"Saat kita mau menggali informasi itu, kadang korban enggak mau ngomong sama sekali, diam saja. Ada juga yang kalau ada orang tuanya enggak berani ngomong, kalau diperiksa di ruang terpisah baru mau cerita," tutur Briptu Trisna.
Kesabaran sangat dibutuhkan dalam kondisi seperti itu, dan tentunya jangan sampai putus asa. Berbagai cara harus dilakukan, salah satunya menggunakan naluri keibuan agar membuat korban nyaman sehingga trauma yang dialami sedikit demi sedikit berkurang, dan akhirnya bisa terbuka.
"Naluri keibuan sangat penting dalam tangai kasus seputar perempuan dan anak. Buat korban senyaman mungkin berada di samping kita. Kita kalau mau menggali informasi itu sesuaikan sama kondisi korban. Kadang kalau ditanya langsung dia enggak mau cerita apa yang dialami, tapi kalau kita ajak main dulu, lakuin apa yang dia suka pelan-pelan pasti mau cerita," ucapnya.
Menyoroti berbagai kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, Briptu Trisna berpesan agar setiap keluarga selalu menjaga kekompakan, kasih sayang serta ciptakan rasa aman dan nyaman di lingkungan keluarga. Sebab keluarga merupakan tempat sandaran sekaligus berlindung yang sangat dibutuhkan oleh setiap anak.
"Sebagai keluarga kita harus saling bekerjasama untuk menciptakan rasa aman dan nyaman bagi anak. Jalin ikatan chemistry yang kuat, sehingga anak terhindar dari pengaruh buruk dari luar. Karena perlindungan, pembinaan dan pendidikan terbaik bagi anak berasal dari lingkungan keluarganya sendiri," imbuhnya.
Di tengah kesibukannya sebagai pelayan masyarakat, Briptu Trisna tidak begitu saja melupakan perannya sebagai seorang ibu rumah tangga. "Di rumah perannya tetap kembali sebagai ibu rumah tangga. Karena itu harus pintar membagi waktu antara dinas dan rumah tangga," pungkasnya. (an)