Kaltimkita.com, KUTAI KARTANEGARA — Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kutai Kartanegara (Damkar Matan Kukar) terus membuktikan komitmennya sebagai garda terdepan dalam menangani berbagai situasi darurat di tengah masyarakat. Tak hanya soal kebakaran, Damkar Matan Kukar juga sigap dalam evakuasi ular, penanganan pohon tumbang, penyelamatan hewan, hingga pertolongan sosial lainnya.
Kepala Dinas Damkar Matan Kukar, Fida Hurasani, menegaskan bahwa seluruh layanan diberikan secara gratis, tanpa memandang latar belakang masyarakat yang membutuhkan.
“Selama kami mampu, pasti kami bantu. Tidak ada pilih-pilih,” ujarnya.
Fida menjelaskan, sejak perubahan nomenklatur resmi pada 2019/2020, tugas Damkar semakin luas. Kini, instansi ini memiliki pos-pos aktif yang tersebar di berbagai wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara. Meski begitu, keterbatasan armada dan personel masih menjadi tantangan, terutama di beberapa kecamatan.
Untuk mengatasi hal tersebut, Damkar Kukar mengandalkan kekuatan para relawan, yang kini mencapai 700 orang, dengan 400 di antaranya telah terdaftar resmi di Kementerian Dalam Negeri. Para relawan ini telah mendapatkan pelatihan dasar dan menjadi ujung tombak saat insiden terjadi, khususnya di daerah yang sulit dijangkau.
“Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Kami sangat bergantung pada mereka,” ungkap Fida.
Kesiapsiagaan petugas 24 jam, layanan cepat tanpa biaya, dan kemudahan akses membuat Damkar Matan Kukar semakin dipercaya masyarakat. Bahkan dalam sejumlah kasus non-kebakaran, seperti upaya penyelamatan warga yang mencoba bunuh diri atau evakuasi korban kriminal, mereka tetap hadir dan tanggap—tentu dengan tetap berkoordinasi bersama instansi terkait.
Namun, ada tantangan teknis yang terus dihadapi. Salah satunya adalah keterbatasan air saat pemadaman.
“Satu unit mobil hanya mampu membawa 3.500–14.000 liter air, yang bisa habis dalam 5–10 menit. Karena itu, strategi kami fokus pada pembasahan area sekitar untuk mencegah api meluas,” jelasnya.
Fida juga menekankan pentingnya edukasi kepada masyarakat, agar mereka memahami teknik pemadaman yang dilakukan dan tidak salah paham di lapangan.
Ke depan, ia berharap rekrutmen personel dilakukan lebih selektif dengan menekankan jiwa kemanusiaan sebagai syarat utama. Selain itu, ia ingin para relawan dibina secara berkelanjutan dan diproyeksikan sebagai kekuatan tambahan yang dapat dijadikan petugas tetap.
“Kami ingin Damkar Matan Kukar tidak hanya dikenal sebagai pemadam api, tapi juga sahabat masyarakat di setiap kondisi darurat. Kami hadir untuk menyelamatkan, bukan hanya memadamkan,” pungkasnya. (Ian)


