Tulis & Tekan Enter
images

Komunitas Pelem Indie (Kopi) Tenggarong foto bersama usai melakukan kegiatan menayangkan film lokal.

Diskominfo Kukar Apresiasi Karya Film dari Komunitas Lokal

Kaltimkita.com, KUTAI KARTANEGARA - Komunitas Pelem Indie (Kopi) Tenggarong menggelar kegiatan kegiatan screening dengan tema  “Tayang-Tayang, Screening & Bekesah pelem.” 

Hal ini bertujuan untuk mempromosikan karya-karya sinematografi lokal sekaligus menjadi wadah bagi para sineas dan pecinta film untuk berkumpul, berdiskusi, dan berbagi pengalaman tersebut berlangsung di Gedung Kekraf di kawasan Jam Bentong Kutai Kartanegara (Kukar) pada Jumat (21/2).

Dalam kegiatan tersebut ditayangkan dua film pendek hasil karya anggota KOPI Tenggarong. Pada sesi pertama ditayangkan film dengan judul Mahakam Love Story yang disutradarai Fatqurozi dari rumah produksi Kotak Imajinasi. Berikutnya ditayangkan film Tuhing yang disutradarai Muhammad Jaya dari Yayasan Lanjong. 

Kemudian dilanjutkan dengan dengan sesi tanya jawab yang memberikan kesempatan bagi para sineas untuk menjelaskan proses pembuatan film mereka, tantangan yang dihadapi, serta pesan yang ingin disampaikan melalui karya mereka.

Perwakilan Diskominfo Kukar Pranata Humas Ahli Muda Zainul Effendi Joesoef yang hadir saat acara tersebut mengatakan bahwa masyarakat Tenggarong sangat potensial dan telah lama terlibat dalam dunia perfilman. 

“Telah tercatat dalam sejarah beberapa artis dan seniman yang terlibat dalam industri film di Indonesia. Kukar sangat potensial dalam industri film,” ujarnya. 

Diharapkannya publikasi kegiatan tersebut dapat semakin diintensifkan agar semakin banyak publik yang tahu. 

“Banyak seniman di Tenggarong yang bisa terlibat dalam diskusi hangat mengenai film. Sungguh menarik jika sebuah karya sinemanografi dapat dipersepsi dengan berbagai pemaknaan dari berbagai disiplin ilmu dan sudut pandang yang lain,” tuturnya.

Lebih lanjut disampaikan bahwa dalam sebuah karya film dapat menggambarkan konstruksi sosial yang ada. 

“Saya berharap diskusi film seperti ini bisa lebih intens dan dapat bekerjasama dengan stakeholders lainnya untuk melaksanakan lomba film indie dengan tema–tema lokal yang menjadi realitas konkrit masyarakat, dan dapat menjadi dokumentasi kultur yang ada di daerah kita,” terangnya.

Berkaitan dengan produksi film, ditekankannya tentang pentingnya riset, pemahaman kultur, pandangan emik dan etik, empati dan simpati. “Sebuah karya film indie harus mampu mengangkat realitas konkrit, berpihak pada publik, dan menggangkat identitas kultur lokal dalam fungsinya untuk menjaga warisan budaya,” harapnya. 

Event tersebut menjadi ajang pertemuan antara sineas lokal dengan masyarakat luas dan menciptakan ruang diskusi yang konstruktif mengenai perkembangan industri film di daerah. Sutradarai Mahakam Love Story Fatqurozi menjelaskan bahwa KOPI Tenggarong berdiri pada tahun 2015 dan hingga saat ini konsisten melaksanakan kegiatan. 

“Di Kukar, sama seperti kawan-kawan lain di Kaltim, memiliki ruang apresiasi bagi para sineas. Kami berharap kegiatan ini dapat mempererat silaturahim dan dapat terus menghasilkan produk film yg lebih banyak lagi. Dengan jumlah produksi film yang meningkat, diharapkan kualitas film kita akan menjadi lebih baik,” tutupnya.

Sedangkan sutradara film Tuhing, Muhammad Jaya sependapat tentang pentingnya riset dalam produksi film. “Kami mengangkat fenomena IKN dan pemaknaannya bagi masyarakat lokal. Kami berharap film daerah dengan segala keterbatasannya, tetap mampu mengangkat mengangkat budaya lokal. Semoga produksi dan diskusi film lokal dapat didukung oleh berbagai stakeholders,” harapnya. (ian)



Tinggalkan Komentar