Tulis & Tekan Enter
images

DP3AKB: Perlindungan Anak Bukan Hanya Seremoni, Harus Hidup di Masyarakat

Kaltimkita.com, BALIKPAPAN – Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan terus menunjukkan komitmen kuat dalam membangun lingkungan yang ramah, aman, dan nyaman bagi tumbuh kembang anak. Komitmen tersebut kembali ditegaskan melalui penyelenggaraan Rapat Gugus Tugas Kota Layak Anak (KLA) 2025 yang dihelat oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB).

Rapat yang berlangsung di Aula Lantai 4 Gedung Bersama Disdukcapil dan DP3AKB itu menjadi langkah strategis untuk memantapkan program lanjutan menuju peningkatan kualitas Balikpapan sebagai Kota Layak Anak. Pertemuan ini dihadiri oleh perwakilan perangkat daerah, mitra stakeholder, organisasi masyarakat, hingga relawan perlindungan anak dari tingkat kota hingga kelurahan.

Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala DP3AKB Balikpapan, Nursyamsiarni D. Larose, menjelaskan bahwa rapat tersebut penting untuk memperkuat koordinasi lintas sektor agar pelaksanaan program KLA berjalan efektif dan terarah.

“Balikpapan sudah memiliki SK Wali Kota tentang pembentukan Gugus Tugas KLA, yang melibatkan perangkat daerah, mitra, dan relawan dari tingkat kota hingga kelurahan. Semua pihak memiliki peran penting dalam mengawal kebijakan dan program ramah anak,” ujar Nursyamsiarni, Sabtu (8/11/2025).

Ia menekankan bahwa predikat Kota Layak Anak tingkat Utama yang saat ini dipegang Balikpapan bukan hanya sebatas pencapaian seremonial. Lebih dari itu, predikat tersebut harus tercermin dalam implementasi nyata di lapangan, khususnya dalam pemenuhan hak, perlindungan, dan partisipasi anak.

Salah satu isu penting yang menjadi fokus rapat adalah perlunya memperluas Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya perlindungan anak dari berbagai bentuk kekerasan, eksploitasi, hingga perundungan (bullying). “Masih banyak masyarakat yang belum sepenuhnya memahami pentingnya perlindungan anak dari kekerasan. Ini menjadi pekerjaan rumah bersama agar semangat KLA tidak berhenti di atas kertas, tetapi benar-benar dipraktikkan,” tegasnya.

Selain memperkuat sinergi antarinstansi, DP3AKB juga mendorong peningkatan kapasitas para pendamping, aktivis perlindungan anak, serta relawan di tingkat kelurahan. Pelatihan dan pembinaan akan terus dilakukan agar para pendamping memiliki pemahaman komprehensif dalam menghadapi berbagai kasus anak.

“Kami ingin semangat perlindungan anak benar-benar hidup di tengah masyarakat, bukan sekadar pencapaian penghargaan. Ketika seluruh elemen bergerak, maka ekosistem ramah anak akan terbangun dengan sendirinya,” tambah Nursyamsiarni.

Melalui kolaborasi terpadu, penguatan kebijakan, serta konsistensi pendampingan, ia optimistis Balikpapan bukan hanya mampu mempertahankan predikat KLA tingkat Utama, tetapi juga berpeluang naik ke peringkat Paripurna predikat tertinggi Kota Layak Anak pada tahun-tahun mendatang. Upaya tersebut juga menjadi bagian dari visi menjadikan Balikpapan kota yang inklusif, aman, dan peduli terhadap masa depan anak-anak.

Dengan keterlibatan semua pihak, Balikpapan bertekad menjadi kota yang tidak hanya layak huni bagi orang dewasa, tetapi juga ideal bagi generasi muda yang akan menjadi tulang punggung pembangunan di masa mendatang. (rep)



Tinggalkan Komentar

//