Tulis & Tekan Enter
images

Bersama Bung Arul (paling kiri), BM BSI Arif Aulia Rahman dan GM SAMS Sepinggan Ahmad Syaugi.

Han Soe Tiam dan SAMS Sepinggan

Catatan Rizal Effendi

BARU mendarat di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan, Rabu (24/4) sore, saya langsung ke terminal keberangkatan. Mau berangkat lagi? Tidak. Saya baru datang dari Jakarta. Tapi saya diundang menghadiri peresmian Han Soe Tiam, gerai baru milik pengusaha muda Khairul Anam, SH, S.Tr.Par, M.Par, MH, yang akrab dipanggil Bung Arul.

Gerai baru itu tak jauh dari pintu masuk ruang tunggu. Berada di sebelah kiri dan cukup strategis. Ini bagian dari pengembangan usaha grup PT Agler Etam Jaya, perusahaan milik Bung Arul. Sebelumnya dia sukses mengibarkan brand Straat Mantau dan Straat Kitchen. Sekarang Han Soe Tiam, spesial menu roti-rotian (bakery) dengan berbagai rasa. Selain juga ada makanan berat seperti nasi lemak, rawon, dan laksa.

Makanan laksa masuk dalam daftar Sup Terenak di Dunia versi Taste Atlas. Laksa adalah makanan sejenis mi berkuah bumbu rempah khas kebudayaan peranakan, yang memadukan elemen Tionghoa, Melayu dan berbagai jenis etnis lainnya.

Pengguntingan pita peresmian Han Soe Tiam (Coffee, Bakery dan Eatery) di Bandara SAMS Sepinggan.

Agak surprise juga. Meski mantan wali kota, saya tetap diminta memberi sambutan dan ikut memotong pita. Di situ hadir GM PT Angkasa Pura 1 Sepinggan, Ahmad Syaugi Syahab dan timnya, bersama para kepala cabang perbankan di antaranya Branch Manager Bank Syariah Indonesia (BSI) Balikpapan, Arif Aulia Rahman dan Kacab Mandiri.

Saya bilang saya bangga ada pengusaha muda lokal yang mampu berkibar dalam bisnis kuliner. Apalagi Balikpapan menjadi kota penyangga IKN. Jangan sampai yang jualan makanan kebanyakan warga dari luar. Apalagi kalau sampai dari luar negeri.

Bung Arul sukses membuka gerai di Bandara SAMS Sepinggan. Ini gerainya yang ke-4 di sana. Tiga di antaranya ada di ruang tunggu. Dia masih mau buka lagi di ruang kedatangan. “Dengan meningkatnya jumlah penumpang di bandara ini akibat proyek RDMP Pertamina dan Ibu Kota Nusantara (IKN), maka bisnis kuliner di sini sangat prospektif,” kata ayah tiga anak itu bersemangat.

Nama Han Soe Tiam cukup menarik. Agak ke korea-korean. Apa iya? Mirip nama aktris dan model Han So-hee dari negeri Ginseng. Ternyata tidak. Itu akronim dari nama kedua orang tuanya. Han diambil dari nama ibunya, Siti Haniyah. Dan Soe dari nama ayahnya, Muhammad Soeparto.

Istri Bung Arul, Ayu Renia Putri melakukan pemotongan tumpeng.

Tiam itu serapan dari bahasa Melayu. Ada juga yang bilang dari bahasa Hokkien maupun bahasa Hakka. Artinya kedai atau warung. Rasanya yang pertama kali menggunakan tiam di Balikpapan adalah Roti Tiam Bakery and Café di Jl MT Haryono. Milik Pak Heri, teman saya. Menyusul kemudian Kopi Tiam, yang juga cepat dikenal.

Peresmian Han Soe Tiam ditandai dengan pengguntingan pita. Lalu pemotongan nasi tumpeng oleh istri Bung Arul, Ayu Renia Putri. Saya dan GM Angkasa Pura 1 Sepinggan Ahmad Syaugi diminta ikut mendampingi. Kebagian juga tumpengnya. Penuh berkah setelah dibacain doa.

RENOVASI 120 M

Sukses Bung Arul di SAMS Sepinggan memberi indikasi bahwa perkembangan bandara ini makin prospektif. “Ya kita terus melakukan pengembangan dan inovasi, sehingga Sepinggan makin maju dan bisa memberikan pelayanan yang terbaik,” kata Syaugi.

Karena itu pihak Angkasa Pura 1 berani menyisihkan anggaran Rp120 miliar untuk pembenahan dan renovasi. Ada perbaikan plafon, AC sampai toilet kelas hotel bintang 5. Di lantai 2 juga disiapkan lagi hotel bandara. “Pak Rizal sudah lihat? Sekarang bandara kita lebih jreng,” kata Syaugi bangga.

Agar tidak terjadi hal yang bisa berimplikasi hukum dalam penggunaan anggaran dan pelaksanaan pembangunannya, Angkasa Pura 1 juga menggandeng aparat hukum dari kejaksaan. Saya jadi teringat. Dulu ada namanya TP4D, yaitu Tim Pengawal dan Pengaman Pemerintahan dan Pembangunan. Belakangan itu dihapuskan. Padahal cukup baik manfaatnya.

Suasana kepadatan penumpang di Bandara SAMS Sepinggan.

Menjelang dan pasca Lebaran, Bandara SAMS termasuk salah satu bandara tersibuk di Indonesia. Arus penumpang yang datang dan berangkat sempat mencapai 23 ribu orang sehari. Bayangkan. Sebagian memang pekerja dari pembangunan kilang Pertamina (RDMP) dan IKN.

Sampai kemarin, cari tiket pulang ke Balikpapan masih sulit. Baik dari Jakarta, Surabaya, Yogyakarta maupun Makassar. Kita cari di internet selalu penuh. Mau goso (go show) ke bandara tidak gampang. Kalaupun ada hanya Garuda yang biasanya mau melayani.

Jumlah penumpang Bandara SAMS Sepinggan sempat merosot. Itu gara-gara dampak pandemi Covid, yang amat dahsyat. Sebelum Covid, tahun 2019 pernah mencapai 5,4 juta penumpang setahun dengan 59 ribu lebih pergerakan pesawat. Waktu Covid hanya 3 jutaan saja dan sekarang naik lagi di atas 5 juta.

Berkat pengelolaan yang baik dan profesional, Bandara SAMS Sepinggan berturut-turut sebanyak lima kali menerima penghargaan internasional “Best Airport in Asia-Pasific by Size and Region” untuk kelas bandara 5-15 juta penumpang. Selain juga diberi predikat oleh Kementerian Perhubungan sebagai Bandar Udara Sehat 2022.

Bandara SAMS Sepinggan adalah bandara peninggalan zaman kolonial. Dulu dimanfaatkan orang-orang Belanda yang melakukan operasi pencarian dan eksploitasi minyak di Kalimantan. Baru pada tahun 1960 pengelolaannya diserahkan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Ditjenud). Dan tahun 1987 dialihkan ke Perum Angkasa Pura 1, yang kini menjadi PT Angkasa Pura 1.

Bandara seluas 300 hektare itu, mengalami beberapa kali renovasi. Renovasi pertama diresmikan oleh Presiden Soeharto dan kemudian pada 15 September 2014 oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono menyusul dengan tambahan nama Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS), yang diusulkan Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak. Saat itu saya masih menjadi wali Kota Balikpapan.

Sultan Aji Muhammad Sulaiman adalah sultan Kutai ke-17 dengan gelar Sri Paduka Sultan Adji Muhammad Sulaiman al-Adil Khalifatul-Mu’minin. Dia naik takhta menggantikan ayahnya, Sultan Adji Muhammad Salehuddin I pada tahun 1845 dan berakhir pada 1899.

Ada satu “PR” lagi yang sudah lama direncanakan untuk peningkatan pelayanan Bandara SAMS Sepinggan. Yaitu perpanjangan landasan pacu atau runway dari 2.500 meter menjadi 3.250 meter. Tampaknya ini baru bisa dilaksanakan setelah pembangunan tahap I IKN rampung, agar tidak mengganggu kelancaran arus pekerja IKN, yang sangat dibutuhkan untuk mempercepat penyelesaian pembangunan IKN.

Menjelang pelaksanaan upacara 17 Agustus 2024 di IKN, dapat dipastikan arus penumpang dari Jakarta bakal melimpah. Karena ada ribuan orang yang diundang ke Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU). Niscaya sebagian besar berangkat dan kembali melalui udara. Bandara SAMS Sepinggan bakal dikeroyok. Han Soe Tiam juga tambah laris.(*)

 


TAG

Tinggalkan Komentar