Tulis & Tekan Enter
images

Kaltim Rancang Ekosistem Pangan Lokal Terpadu dari Program Makan Bergizi Gratis

Kaltimkita.com, SAMARINDA- Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) tidak hanya melihat program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai bantuan sosial, tetapi sebagai fondasi untuk membangun sebuah ekosistem pangan lokal yang terintegrasi dan mandiri. 

Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) menempatkan petani lokal sebagai poros utama dalam rantai pasok baru ini, yang menghubungkan langsung lahan pertanian dengan meja makan siswa.

Kepala DPTPH Kaltim, Siti Farisyah Yana di Samarinda, Kamis (21/8), menjelaskan bahwa program ini dirancang untuk memecahkan dua masalah sekaligus: meningkatkan kesejahteraan petani dan menjamin asupan gizi anak-anak. 

Dengan adanya Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur umum sebagai pembeli siaga, petani mendapatkan kepastian pasar yang selama ini menjadi kendala. 

"Adanya kepastian serapan hasil panen akan mendorong petani untuk memperluas lahan garapannya secara sukarela," ujar Yana di Samarinda.

Pendekatan ini juga menciptakan mekanisme kontrol kualitas yang efektif. Para ahli gizi yang ditempatkan di setiap SPPG tidak hanya bertugas menyusun menu, tetapi juga berinteraksi langsung dengan petani. 

Mereka dapat memberikan masukan mengenai praktik pertanian yang baik dan memastikan bahan pangan yang dipasok bebas dari residu pestisida menjelang masa panen. Keterlibatan langsung ini membangun hubungan kerja yang saling menguntungkan antara produsen dan konsumen akhir.

Lebih lanjut, program ini secara aktif mendorong diversifikasi pangan. Dengan menyerap komoditas selain beras seperti singkong, ubi, dan jagung, pemerintah tidak hanya memperkaya variasi gizi siswa tetapi juga membuka pasar baru bagi petani non-padi.

Langkah ini penting untuk menjaga ketahanan pangan daerah agar tidak bergantung pada satu jenis karbohidrat saja.

Komitmen pemerintah diwujudkan melalui penyiapan lahan untuk 25 titik SPPG di seluruh kabupaten/kota, termasuk di wilayah terpencil seperti Kutai Barat dan Mahakam Ulu. Pembangunan dapur di lokasi sulit dijangkau ini merupakan keputusan strategis untuk memastikan semua anak menerima makanan segar yang dimasak kurang dari dua jam sebelum dikonsumsi. 

Melalui anggaran yang dialokasikan secara khusus dan peran swasta yang diatur sebatas pendukung, program MBG diposisikan sebagai sebuah sistem berkelanjutan yang tumbuh dari, oleh, dan untuk masyarakat Kaltim. (fan)



Tinggalkan Komentar