Kaltimkita.com, JAKARTA – Persoalan resesi seks menjadi permasalahan serius pemerintah Jepang belakangan ini. Imbasnya, jumlah rumah atau bangunan kosong dan telantar terus meningkat.
Survei Perumahan dan Tanah Kementerian Dalam Negeri Jepang pada 2018 mencatat ada 62,4 juta rumah di Jepang. Di antara rumah-rumah itu, sebanyak 8,49 juta rumah kosong saat itu. Sebagian besar rumah-rumah kosong itu berada di pedesaan atau kota kecil. Sementara itu, di Tokyo, satu dari 10 rumah tidak ada penghuninya.
Jumlah akiya itu diprediksi semakin meningkat. Angka berpotensi tembus mencapai 10 juta pada tahun ini.
Dikutip dari The Asahi Shimbun, jutaan rumah tak berpenghuni itu tidak hanya yang bobrok, tetapi ada pula yang masih layak huni.
Tercatat sebanyak 3,49 juta rumah telah lama ditinggalkan penghuninya. Jika dipersentasi yakni mencapai 5,6 persen dari total perumahan yang tak dihuni di negara itu. Angka itu belum termasuk vila atau rumah-rumah yang disewakan untuk wisatawan.
Berbagai cara diambil pemerintah Jepang untuk mengatasi masalah itu. Di antaranya, menawarkan pemberian pajak rendah untuk rumah-rumah itu. Yakni, menjadi seperenam dari nilai appraisal jika tanah tersebut berukuran 200 meter persegi atau kurang dari itu.
Pengecilan ruang lingkup kredit pajak ini nantinya akan diberikan bagi pemilik rumah lama yang tidak terurus dengan baik. Perubahan pajak tersebut diyakini bisa mendorong pemilik rumah untuk memperbaiki atau merobohkan properti mereka.
Salah satu faktor jumlah rumah terbengkalai semakin meningkat di Jepang dikaitkan dengan jumlah penduduk Jepang yang semakin menyusut. Sudah begitu, jumlah lansia lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk usia produktif. Hampir satu dari tiga warga Jepang berusia 65 tahun.
Banyak dari para lansia ini meninggalkan rumah warisan keluarga demi tinggal di hunian yang lebih kecil dan mudah diakses saat usianya terus menua. Selain itu, banyak dari mereka tidak menikah dan tidak punya sanak saudara sehingga ketika meninggal rumah-rumah mereka pun menjadi kosong tak bertuan.
Ketika orang dari generasi ini meninggal, rumah-rumah mereka pun makin tak ingin ditempati orang lain karena status rumah ditinggal mati dan disebut-sebut sebagai rumah hantu.
Nomura Research Institute memperkirakan sepertiga dari rumah negara itu kosong pada 2038. Profesor di departemen studi Jepang di National University of Singapore, Chris McMorran, juga mengatakan kondisi di Jepang itu hanya akan makin buruk di masa depan. (det/bie)