KaltimKita.com, BALIKPAPAN - Tangan nya mulai keriput. Badan telah dimakan usia. Baidjuri. Kakek berusia 92 tahun ini, tak kuat seperti dulu lagi. Lincah, laju dan kuat di posisi bek kiri. Melahap semua lawan-lawan nya saat dulu kala di sisi kiri pertahanan PS Belalang. Ya PS Belalang merupakan cikal bakal terbentuknya Persiba Balikpapan. Tim yang begitu eksis di era 1950. Awal mula dibentuknya tim kesayangan Kota Minyak. Yang kini selalu diperingati pada 3 Agustus 1950.
Pewarta KaltimKita.com menyambangi rumah Baidjuri di RT 14 No 70 Kelurahan Karang Jati, Balikpapan Tengah beberapa waktu lalu. Ingin mendengar cerita PS Belalang yang merupakan awal terbentuknya Beruang Madu-julukan Persiba-.
Dengan semangat, pria kelahiran 23 Juli 1931 ini menceritakan tim yang dipuja-puja oleh para Belanda yang ada di Balikpapan. PS Belalang lahir di tahun 1950. Tim yang tak pernah terkalahkan. Jangan kan tim asal Indonesia, tim dari luar negeri pun turut dilibas. ”Kami tak pernah kalah sejak dibentuk,” kenang Baidjuri dengan mata berkaca-kaca mengingat kembali PS Belalang.
Nama PS Belalang diambil oleh seorang Rusia. Pekerja Minyak di Balikpapan yang terkesima dengan gaya bermain nya. ”Grasshopper. Itu nama paling cocok. Kalian semua lincah dan laju. Tak pernah diam di dalam lapangan seperti belalang,“ ujar Baidjuri memperagakan ucapan warga Rusia tersebut. Grasshopper juga sebuah klub di Rusia sana.
Baidjuri satu-satunya pemain PS Belalang yang masih hidup. Kompatriotnya semua telah tiada. Ia begitu antusias menceritakan kehidupan nya di dunia sepakbola. Terlebih, tim sudah seperti keluarganya sendiri.
PS Belalang sebuah tim kumpulan para pemain muda. Lahirnya di Lapangan FONI, Balikpapan Barat. Dibentuk karena saat itu, para warga Belanda yang masih berada di Kota Minyak tidak memiliki lawan tanding. Sebagian besar diisi pemain muda. Sebagian besar masih pelajar SMA. Termasuk Baidjuri. Saat itu, usia nya menginjak 20 tahun. Standar usia yang masih bersekolah di bangku SMA.
Tidak ada seleksi khusus. Mereka yang terpilih, berkat menonjol penampilan nya di Lapangan FONI. Dahulu, Lapangan FONI banyak bertaburan pecinta si kulit bundar yang hanya sebatas hobi. Mawaingkere sosok pelatih yang membina mereka. Ia yang mencari kerangka tim. ”Dia melihat dari postur badan. Mulai kaki sampai ke atas. Postur tinggi juga jadi pertimbangan. Yang penting fisik dulu, soal teknik dan power, dia yang latih,“ ujarnya.
Mawaingkere merupakan pria kelahiran Portugis. Ia merupakan seorang pelarian. Ia pertama kali mendarat ke Timur-Timur (sebelum menjadi negara Papua Nugini). Dan pada akhirnya pindah ke Kota Minyak, lantaran dipanggil oleh Asisten Jendral Dua Polda Kaltim. Kebetulan Mawaingkere memilih menjadi warga negara Indonesia. Memilih bertugas di Polda Kaltim. Karena punya skill di sepakbola, ia ditunjuk menjadi pelatih untuk membentuk tim.
Berbagai etnis, tergabung didalam tim besutan Mawaingkere. Mulai dari keturunan Ambon, Bugis, Banjar hingga Buton. ”Tapi semua kelahiran Balikpapan. Di luar Kaltim tidak diterima. Itu yang penting demi harga diri daerah,” jelasnya.
Sederet nama yang tergabung yakni Hadie, Mening, Darmansyah, Lucas, Juhransyah, Amisudin, Mamuju, Narpik, Fitrie, Ardiansyah, Masrani, Amidin, Cebondeng, Rustam hingga Durachman. ”Darmansyah yang paling hebat. Dia penyerang haus gol di tim kami,” akunya.
Berbeda dengan klub perserikatan yang berada di daerah lain, mengikuti liga internal. PS Belalang tidak mengikuti kompetisi garapan PSSI. Mereka hanya menikmati pertandingan bersifat eksibisi (persahabatan).
Di tahun pertama terbentuknya, beberapa pertandingan dilakoni. Tak hanya Lapangan FONI. Juga di Lapangan Merdeka (dahulu dikenal dengan Kampung Taman Bunga). Silih berganti tim mengajak sparing. Mulai dari tim bentukan Batafsche Petroleum Maatscappij (BPM) (kini bernama Pertamina), Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) hingga klub asal Samarinda yang kerap mewakili Kaltim.
Laga paling fenomenal di tahun pertama, saat mampu mengalahkan kesebelasan bentukan Belanda. Soerabhaiasche Voetbal Bond (SVB).
Sejak saat itu, PS Belalang perlahan mulai menunjukkan tajinya hingga ke luar daerah. Banjarmasin, Jogjakarta dan Surabaya. Tiga daerah yang memanggil nya. Mereka berangkat dengan dana urunan. Sebab saat itu, tak satupun dari penggawa PS Belalang digaji. ”Kami juga bisa menang,” akunya.
Berlatih di bawah terik matahari, membuat tim ini tak kenal lelah selama pertandingan. Setiap hari, melahap latihan dari Mawaingkere. Bahkan, para pemain untuk datang ke tempat latihan, harus jogging. Jam 2 siang pemain harus sudah berada di lapangan. Biasanya, satu jam sebelumnya, para pemain berangkat dari rumah. Menggunakan sepatu lari. Semua berlomba-lomba untuk tiba di lapangan.
Sebelum memulai latihan, mereka sudah pemanasan terlebih dahulu. Baidjuri salah satu pemain yang terkuras tenaganya. Jika main di Lapangan FONI, ia membutuhkan tenaga banyak. Berlari dari Karang Jati tempat ia tinggal. Pun ke Lapangan Merdeka, ia harus juga mengeluarkan tenaga cukup ekstra.
Selain mengutamakan fisik, pelatih juga memberikan porsi latihan teori. Biasanya dua kali dalam sehari. Baik cara menyerang ke bertahan ataupun sebaliknya. Hingga cara mengulur waktu pun dilakukan. Ini penting, kata Baidjuri karena unggul 1-0 di menit akhir belum tentu menjadi kemenangan. Bisa saja seri atau kalah. Di sepakbola juga perlu bermain politik.
”Biasanya pemain kiri atau kanan luar yang beralasan jatuh. Atau buang bola keluar. Jangan sampai kebobolan. Itu yang diterapkan pelatih,” jelasnya.
Eksis di laga persahabatan, dua tahun berselang, di tahun 1952 PS Belalang kembali kedatangan tim spesial. Kali ini kesebelasan Rusia yang disebutnya kerapa meraih juara. Saat tiba di Balikpapan, tim Rusia tersebut langsung menantang tim terkuat PS Belalang. Mendengar itu, tak pikir dua kali untuk menjawab tantangan tersebut.
Warga pun berdatangan menyaksikan pertandingan tersebut. Dihelat di Lapangan Merdeka. Saat itu, Baidjuri mengatakan ada ribuan penonton hadir. Mereka penasaran siapa yang akan memenangkan pertandingan.
Baidjuri cs tentu tak ingin malu di depan publiknya sendiri. Mereka dengan cekatan dan percaya diri mampu mengatasi perlawanan tim asal Rusia.
Benar saja, tim Rusia tersebut pulang dengan kepala tertunduk. Mereka gagal menyombongkan diri dihadapan publik Balikpapan. Kekalahan dua gol tanpa balas, sudah cukup mengisyaratkan tim asal Kota Minyak ini tidak bisa dianggap remeh.
Sayang, eksisnya PS Belalang saat itu belum cukup membuat para pemain untuk terus melanjutkan sepakbolanya. Sebagian besar pemain memilih untuk bekerja, puncaknya saat mengalahkan Persisam Samarinda. Saat itu, tim asal Samarinda menyarankan untuk mengganti nama menjadi Persiba sebagai susunan organisasi sepakbola di Balikpapan.
”Tahun 1960an berubah nama jadi Persiba dengan wajah-wajah baru. Karena sebagian besar pemain pilih bekerja, termasuk saya. Ada yang masuk tentara, pemerintahan dan Pertamina. ” jelasnya.
Kini, Persiba yang masih eksis di Liga 2, Baidjuri berharap tim kesayangan Kota Minyak ini bisa kembali bersaing ke kasta tertinggi Indonesia. Para pemain yang sudah direkrut, diharap bisa menjaga nama besar Balikpapan di kancah sepakbola.
”Dulu, kami tidak digaji, tapi punya semangat untuk menjaga nama besar tim. Sekarang, mereka digaji, sudah sepantasnya berjuang keras demi nama Balikpapan,” tutup Baidjuri memberikan dukungan kepada skuad Persiba musim ini. (and)