Catatan Rizal Effendi
ONE PIECE bikin geger. Tidak saja mengusik suasana khidmat menjelang peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan, tapi juga sudah menelan korban jiwa. Gara-gara dirasuki “setan” One Piece, seorang ayah bernama Julius (34) menghabisi istri dan 2 anaknya dengan sadis. Itu terjadi di Kampung Punan Mahakam, Kecamatan Segah, Kabupaten Berau, Minggu (10/8) pagi.
Warga setempat geger, Julius bertubuh kecil tiba-tiba mengamuk dengan sebilah parang di tangan. Dia membantai sang istri, NO (32) yang sedang hamil 6 bulan. Juga kedua anaknya yang masih kecil, NJ (5) dan NS (4). Ketiganya tewas bersimbah darah.
“Ya ampun, setan apa yang merasuki Julius sampai tega melakukan hal sesadis itu?” tanya warga sekitarnya dalam suasana geram dan tak habis pikir.
Adalah Pilipus, ayah Julius orang pertama yang mengetahui kejadian ini. Dia tinggal bersebelahan rumah. Hanya disekat dengan dinding kayu. Ketika dia mendengar ada suara benturan keras dari rumah anaknya, dia langsung datang. Pilipus kaget dan berteriak meminta tolong tetangga melihat NO, NJ, dan NS tergeletak bersimbah darah.
Istri dan anak pelaku ketika dilarikan ke RSUD Abdul Rivai Tanjung Redeb, Berau.
Tri Bowo, salah seorang tetangga yang duluan datang langsung mengamankan Julius. Ayah muda itu tidak melarikan diri. Hanya terduduk dengan wajah dingin. Tetangga lain berupaya menyelamatkan nyawa korban, sayangnya tak ada yang tertolong.
NJ tewas di lokasi, sedang sang ibu, NO mengembuskan napas terakhir saat dibawa ke RSUD Abdul Rivai, Tanjung Redeb. Si bungsu NS juga meninggal dalam perjalanan ketika dilarikan ke Puskesmas Tepian Buah.
Pemakaman ketiga korban diliputi suasana duka mendalam. Tidak saja sanak keluarga yang meratapi, tapi juga sejumlah ibu-ibu lainnya yang ikut mengantar. NO, NJ, dan NS dikebumikan dalam satu liang lahat.
“Saya sangat terpukul dan sedih. Saya kehilangan segala-galanya. Kehilangan anak, cucu, dan menantu. Saya tidak mengerti apa yang terjadi pada Julius sampai dia setega itu melakukan perbuatan sadis kepada darah dagingnya sendiri,” kata Pilipus terduduk lunglai.
Camat Segah, Noor Alam sempat datang ke lokasi dan menengok keluarga dan korban. Dia merasakan kesedihan dan kegeraman masyarakat setempat. “Pelaku harus dihukum berat, kalau perlu dihukum mati. Hewan saja tidak sekejam itu,” katanya mewakili aspirasi masyarakat.
Menurut Pilipus, selama ini suasana kehidupan keluarga anaknya baik-baik saja. Tak pernah terjadi cekcok berat. Tak pernah juga Julius melakukan hal-hal yang berkaitan dengan tindakan mengarah ke perbuatan melakukan Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Kapolsek Segah, Iptu Lisinius Pinem. Hasil penyelidikan timnya tidak menemukan indikasi adanya KDRT di keluarga Julius. “Dari pengakuan sang mertua, suasana rumah tangga mereka biasa-biasa saja. Tidak ada indikasi KDRT,” jelasnya.
DISURUH “ONE PIECE”
Ketika dibawa dari kampung menuju Polres Tanjung Redeb dengan tangan diborgol, bicara Julius terkesan ngelantur tapi juga mengagetkan. “Tidak jelas omongannya, terkesan ngelantur,” kata Kapolsek.
Dalam rekaman percakapan Julius dengan petugas sepanjang perjalanan ke Polres Tanjung Redeb, ada hal yang rada aneh. Karena Julius terus menyebut-nyebut “One Piece.”
“Saya tidak memiliki syarat dalam kehidupan One Piece. Saya dimarahi One Piece. Iya saya bunuh anak dan istri karena One Piece,” begitu ucapnya kepada petugas seperti diberitakan TribunKaltim.
Jenazah ketiga korban sebelum dibawa ke rumah duka untuk disemayamkan dan dimakamkan di kampung halaman mereka.
Ketika ditanya lagi apa itu One Piece, Julius menjawab seenaknya. “Memang tak boleh One Piece. Saya akui memang tak boleh One Piece. Kalau saya tidak memenuhi maunya One Piece, ya seperti saya memberikan minuman di botol, akan habis,” kata Julius seenaknya.
Apa hubungan One Piece dengan perilaku Julius yang tiba-tiba beringas? Sejauh ini polisi belum bisa mengungkapkan dan menyimpulkannya.
Julius sendiri sekarang ini masih diobservasi oleh tim dokter di RSUD Abdul Rivai. Dibutuhkan waktu seminggu untuk memastikan apakah kejiwaannya baik-baik saja atau sebaliknya. “Tapi hasil pemeriksaan awal, tidak ada indikasi gangguan jiwa,” kata Kasi Humas Polres Berau AKP Ngatijan.
Saya rada kaget kok “roh” One Piece bisa merasuki warga yang hidup di pedalaman. Padahal soal One Piece hebohnya di perkotaan menyusul dengan adanya bendera One Piece yang dikibarkan sejumlah anggota masyarakat bersama Merah Putih menyambut HUT ke-80 Kemerdekaan RI.
Bendera One Piece berbentuk bendera hitam dengan logo tengkorak bernama Jolly Roger dengan mengambil referensi dari bendera kru Bajak Laut Topi Jerami di anime One Piece.
Para pengibar bendera One Piece menggambarkan sebagai simbol solidaritas dan perlawanan tanpa kekerasan demi Indonesia yang lebih maju. Ada yang memaknai biasa saja, ada yang menolak dan bahkan terkesan melarang pengibaran bendera tersebut saat merayakan Hari Kemerdekaan sekarang.
Kampung Punan Mahakam saat dilanda banjir.(Ist)
One Piece adalah sebuah seri manga (komik) Jepang yang ditulis dan diilustrasikan oleh Eiichiro Oda, seorang mangka (artis manga) Jepang terkenal dengan gaya gambarnya yang unik. Manga ini telah diadaptasi menjadi serial anime (animasi Jepang), film dan berbagai jenis merchandise.
Cerita One Piece mengisahkan petualangan Monkey D Luffy, seorang anak laki-laki yang memiliki kemampuan tubuh elastis seperti karet setelah memakan Buah Iblis. Ini cerita epik, di mana Monkey dan kru bajak lautnya berkelana penuh petualangan.
One Piece telah menjadi salah satu manga terlaris sepanjang sejarah dengan lebih dari 400 juta kopi terjual di seluruh dunia. Memecahkan rekor penjualan tercepat dan cetakan pertama terbanyak.
Saya agak kaget kalau “wabah” One Piece sampai merasuki warga pedalaman. Kampung atau Desa Punan Mahakam itu jaraknya sekitar 40 sampai 50 km dari Tepian Buah, ibu kota Kecamatan Segah. Ditempuh 1,5 sampai 2 jam dengan kendaraan darat melalui jalur perkebunan.
Tepian Buah sendiri lokasinya sekitar 80 km dari Tanjung Redeb, ibu kota Kabupaten Berau. Ditempuh sekitar 4 jam tergantung kondisi jalan dan kendaraan. Kecamatan Segah berpenduduk sekitar 18 ribu jiwa.
Beberapa waktu lalu sejumlah desa di Segah dilanda banjir termasuk Punan Mahakam. Saat ini warga di sana banjir air mata meratapi tragedi pilu keluarga Pilipus. Sesuatu yang sangat memprihatinkan dan menjadi perenungan kita semua.(*)