Catatan Rizal Effendi
KETIKA Wakil Presiden Prof KH Ma’ruf Amin ke Balikpapan pekan lalu, ada salah satu staf Wapres, yang tak asing bagi warga di sini. Dia adalah Farhat Brachma, salah seorang staf ahli Wapres di bidang investasi. Masih muda. Dia pernah menjadi bagian dari keluarga Pak Imdaad Hamid, wali kota Balikpapan. Karena itulah dia sangat akrab dengan kota ini.
“Tentu saya tak bisa melupakan kota ini. Saya mencintai Balikpapan dengan segala kemajuannya. Kota ini sudah menjadi bagian dari hidup saya. Ini rumah kedua saya,” kata Farhat kepada saya. Meski dia sendiri sebenarnya berdarah Sumatera. Dia dilahirkan di kota Plaju, 14 April 1976.
Farhat melapor kepada Wapres Prof Kiai Ma’ruf Amin.
Ketika Pak Imdaad meninggal dunia, Rabu (3/8), Farhat sempat datang melayat. Saya sempat bertemu dia. “Kita semua berduka. Beliau orangtua kita. Cerdas, bersahaja, dan sangat membimbing kita. Semoga beliau husnul khatimah,” katanya mengenang almarhum.
Mendampingi Wapres jalan sehat.
Semua anggota keluarga dia salami, sambil mengucapkan belasungkawa mendalam. Termasuk kepada mantan istrinya, Mirza Imada Zulfhieqar (Micha), anak kedua Pak Imdaad, yang menjalani karier sebagai pengacara internasional.
Sayang Farhat tak sempat menghadiri acara tahlilan 40 hari Pak Imdaad, Sabtu (10/9) sore lalu. “Saya keburu pulang,” katanya. Sehari setelah Wapres menghadiri puncak peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) ke-39 Tahun 2022 di Stadion Batakan, Jumat (9/9) malam. Saya sendiri sempat hadir bersama sejumlah mantan pejabat Pemkot, di antaranya Heru Bambang, Sardjono, dan Yusuf.
Dia menjelaskan acara Wapres di Balikpapan sangat singkat. Jadi tidak banyak bisa bersilaturahmi dengan berbagai pihak. Tadinya Farhat merencanakan acara sarapan pagi bersama Wapres di Novotel dengan beberapa orang, termasuk mengundang saya.
Farhat bersama Pak Imdaad Hamid semasa hidup.
Ketika Kiai Ma’ruf melaksanakan kampanye pilpres tiga tahun lalu di kota ini, saya masih menjabat wali kota Balikpapan. Saya sempat diundang sarapan pagi di Novotel. Farhat yang juga politisi PDI Perjuangan itu, sudah mendampingi Kiai Ma'ruf sebagai tim sukses.
Saya sangat terkesan dengan mantan ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini. Penampilannya sangat bersahaja. Tutur katanya sangat halus. Sampai sekarang Kiai Ma’ruf selalu berpuasa mulai Senin sampai Kamis. “Begitu sudah amalan beliau,” kata Farhat kepada saya.
Farhat mengakui sangat senang dan bahagia mendapat kepercayaan mendampingi tokoh bangsa seperti Kiai Ma’ruf. “Banyak pelajaran hidup yang penuh suasana religius saya dapatkan dari beliau. Kita memanggilnya Abah,” jelasnya.
Ketika masih tinggal di Balikpapan, Farhat sempat diminta Pak Imdaad mendampingi saya ketika kami melaksanakan kampanye pemilihan wali kota Balikpapan, tahun 2006. Saya belusukan dengan Farhat ke beberapa lingkungan masyarakat. Malah di Manggar, saya dan Farhat bersama artis Dick Doank sempat ditolak warga karena dianggap basisnya calon lain. Farhat menyemangati saya. “Biasa, itu suka-dukanya di politik,” katanya.
Sebagai orang muda, Farhat suka bergaul dan bercanda. Malah dia juga jago menyanyi. Suaranya sangat bagus. Tapi sebagai politisi, dia kritis dan tegas. Dia banyak mendampingi tokoh senior PDIP, Emir Moeis, yang pernah menjadi ketua PDIP Kaltim.
Saya bersama Farhat menemani Kiai Ma’ruf Amin sarapan pagi di Hotel Novotel Balikpapan.
Dia juga berjiwa enterpreneur. Ketika masih di Balikpapan, dialah yang membawa investor sehingga Pemkot Balikpapan bisa memaksimalkan asetnya, Hotel Balikpapan menjadi hotel modern. Dan itu, menjadi Hotel Novotel dan Ibis, yang sudah dua kali menjadi tempat Wapres menginap.
Farhat juga dipercaya menjadi salah satu direksi di perusahaan perkebunan, PT Rea Kaltim Plantations (RKP) dan PT Sasana Yudha Bhakti. Malah di RKP, hanya dia anggota direksi dari Indonesia, sedang lainnya bule melulu. Jadi tak salah kalau dia dipercaya menjadi staf ahli Wapres bidang investasi.
Tugasnya memberikan masukan kepada Wapres untuk pengambilan keputusan atau kebijakan yang berkaitan dengan masalah investasi. Apalagi investasi adalah faktor penting dalam memajukan perekonomian nasional.
Dia dilantik, 9 September 2019 lalu, bersama 12 anggota staf ahli lainnya. Di antaranya Saleh Husin, Herman Widjojo, Bambang Widiyanto, M Fadil Hasan, HM Iriawan, Nurdin Tampubolon, dan Johan Tedja Surya. “Suatu kehormatan besar bagi saya menerima tugas mulia ini. Doakan saya bisa menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya,” kata Farhat waktu itu.
SANGAT STRATEGIS
Saya tanya kesan Wapres terhadap Balikpapan, menurut Farhat, Wapres Kiai Ma’ruf menilai Balikpapan sekarang ini mempunyai posisi strategis sebagai kota penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN), yang tengah dibangun di Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).
Karena itu, kota ini termasuk Kaltim sedini mungkin harus mempersiapkan diri. Mulai meningkatkan fasilitas infrastrukturnya, akomodasinya sampai fasilitas lainnya termasuk pembinaan dan penguatan sektor UMKM. “UMKM-nya harus mendapat perhatian. Izin berusahanya dipermudah, begitu juga urusan permodalannya,” kata Wapres.
Farhat sendiri sebagai staf ahli bidang investasi meyakini investor dalam dan luar negeri bakal banyak masuk ke Kaltim, selain ikut berpartisipasi dalam pembangunan IKN, mereka juga akan melakukan investasi di sektor lain sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah ini. “Urusan perizinan harus benar-benar dibenahi, sehingga investor merasa nyaman dan mudah dalam mengurus segala sesuatunya,” tambahnya.
Farhat bersama tim manajemen perusahaan PT Rea Kaltim Plantations.
Dia juga menekankan betapa pentingnya dipersiapkan tenaga kerja berkualitas menghadapi pembangunan IKN, sehingga putra daerah bisa terserap banyak. Semua pihak harus bahu membahu melaksanakan program-program pelatihan.
Seperti yang dilansir oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), pihaknya membutuhkan sekitar 260 ribu tenaga kerja bersertifikat ahli untuk ikut terlibat dalam pembangunan konstruksi IKN.
Di sela-sela kesibukannya, kemarin, Farhat sempat menelepon saya. “Kapan ke Jakarta? Saya tunggu di sekretariat Istana Wapres,” katanya. Sejak purnatugas sebagai wali kota, saya memang jarang bepergian termasuk ke Ibu Kota. Tapi kalau IKN sebagian sudah jadi 2024, mungkin giliran saya yang tanya kepada dia. “Kapan Mas Farhat ke Balikpapan?” Barangkali ada minat untuk melanjutkan semangat Pak Imdaad, menjadi calon wali kota Balikpapan 2024-2029.(*)