Tulis & Tekan Enter
images

Penjualan Mobil Drop, Penjualan Motor Ikut Lesu di Awal Tahun

Kaltimkita.com, JAKARTA- Penjualan kendaraan bermotor di awal tahun 2024 lesu. Penjualan mobil dan sepeda motor mengalami penurunan.

Dari data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) kendaraan di Indonesia pada Januari 2024 turun 18,4 persen dibanding Desember 2023. Kalau dibanding Januari 2023, penjualan mobil pada Januari 2024 penurunannya mencapai 26,1 persen.

Pada bulan pertama tahun 2024, penjualan mobil secara wholesales hanya tercatat sebanyak 69.619 unit. Padahal, pada Desember 2023 penjualan mobil mencapai 85.284 unit dan Januari 2023 mencapai 94.270 unit.

Penjualan sepeda motor pun mengalami penurunan tipis year on year atau dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) mencatat, penjualan sepeda motor pada Januari 2024 hanya sebanyak 592.658 unit.

Jika dibandingkan dengan Januari 2023, penjualan motor pada Januari 2024 turun tipis 3,6 persen. Sebagai catatan, penjualan motor pada Januari 2023 tercatat sebanyak 615.416 unit.

Namun kalau dibandingkan dengan bulan sebelumnya yaitu Desember 2023, penjualan motor pada Januari 2024 naik 38,7 persen dari 427.033 unit. Kalau dilihat datanya, dari tahun ke tahun memang selalu ada kenaikan penjualan motor dari Desember ke Januari. Namun, kalau dibandingkan year on year, penjualan motor pada Januari 2024 turun tipis 3,6 persen.

Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara mengatakan banyak faktor yang membuat penjualan kendaaan menurun. Kukuh bilang, tren penurunan penjualan kendaraan ini sudah dirasakan sejak September 2023.

“Banyak ya (faktornya), panjang. Jadi kalau kita lihat indikasinya kan berawal di bulan September. Di September kan turun, Oktober juga turun, padahal Agustus kan baru pameran GIIAS. Tapi ternyata September turun,” ujar Kukuh dikutip detikOto, Selasa (20/2/2024).

Salah satu faktornya adalah kredit kendaraan yang diperketat. Padahal, mayoritas pembeli kendaraan di Indonesia memilih skema kredit.

“80 persen orang beli mobil kan pakai kredit. Begitu (kredit) diketatkan kemudian orang ngerem pembelian kendaraan bermotor. Ditambah lagi kemudian karena ada pengetatan dan juga ada indikasi kalau nggak salah info dari perbankan bahwa NPL (non-performing loan/kredit bermasalah) juga ada kecenderungan naik, begitu NPL naik kan semakin diperketat. Semakin diperketat semakin sedikit orang beli mobil. Efek berantai,” jelas Kukuh.

Ditambah lagi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mengalami penurunan. “Kondisi ekonomi kita sedikit turun walaupun masih di kisaran 5 persen ya,” sebut Kukuh. (det/bie) 


TAG

Tinggalkan Komentar