Tulis & Tekan Enter
images

Wagub Kaltim, Seno Aji

Pemprov Kaltim Targetkan Pengurangan Genangan Banjir 2.971 Ha

Kaltimkita.com, SAMARINDA- Pemerintah Provinsi Kaltim memiliki target hingga 2030, termasuk meningkatkan irigasi, mengurangi luasan genangan banjir hingga 2.971 hektar dengan anggaran Rp379 miliar, dan menangani 68 persen total drainase.

Pemprov Kaltim berkomitmen untuk upaya pengendalian banjir dilakukan di berbagai wilayah, mulai dari Berau, Kutai Timur, Bontang, hingga Samarinda dan Balikpapan. Normalisasi sungai di Samarinda, khususnya Sungai Karang Asam, akan menjadi prioritas.

Wagub Kaltim di Samarinda, Kamis (12/6/2025), menekankan pentingnya implementasi master plan pengelolaan sungai yang telah disusun dan koordinasi lintas sektor.

“Kita butuh sistem informasi geografi (SIG) untuk mendukung bagaimana daerah tangkapan air dibuat dan ke mana larinya air,” demikian Seno.

Wagub Seno Aji menekankan pentingnya tata kelola Daerah Aliran Sungai (DAS) secara menyeluruh guna mengatasi persoalan banjir yang akhir-akhir kerap terjadi di sejumlah daerah, terutama Samarinda.

Ia menyatakan bahwa fokus tidak hanya pada Sub-DAS Karang Mumus, melainkan harus melihat sistem sungai yang lebih besar di Kaltim, yang mencakup wilayah Sungai Berau Kelai, Karangan, Mahakam, dan Kendilo.

“Jika kita mampu membedah dan mengelola keempat wilayah sungai ini, seharusnya kita dapat mengendalikan banjir,” ujar Seno Aji dalam sebuah diskusi kelompok terpumpun (FGD) yang melibatkan Unit Layanan Strategis Ekosistem Tropis dan Pembangunan Berkelanjutan Unmul Samarinda.

Seno Aji menyoroti pentingnya kajian area yang kewenangannya dibagi antara pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Ia juga menggarisbawahi kondisi kritis tiga danau besar di DAS Mahakam, yakni Danau Jempang, Melintang, dan Semayang.

Disampaikan Seno, sedimentasi telah mengurangi kapasitas penampungan air danau-danau ini hingga separuhnya. Danau Jempang, misalnya, kini hanya memiliki kedalaman rata-rata dua meter dari 3,5-5 meter sebelumnya.

“Ini menjelaskan mengapa banjir dari Mahakam sering terjadi dalam 15-20 tahun terakhir, karena ketiga danau ini tidak dikeruk,” katanya.

Perubahan tutupan lahan di DAS Mahakam akibat pembukaan lahan yang luas juga meningkatkan aliran air ke sungai. Selain itu, sistem drainase di perkotaan Kaltim banyak yang buntu akibat sedimentasi, memperparah genangan banjir.

Faktor manusia seperti perubahan tata guna lahan, kawasan kumuh, dan sampah yang dibuang ke sungai juga berkontribusi. “Jika masih punya sampah, jangan dibuang di selokan,” imbau Seno. (fan/adv/diskominfo kaltim) 



Tinggalkan Komentar