Tulis & Tekan Enter
images

BPBD Perketat Pengawasan Daerah Rawan Longsor di Balikpapan

Kaltimkita.com, BALIKPAPAN — Memasuki puncak musim hujan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Balikpapan meningkatkan kewaspadaan dan memperketat pengawasan pada wilayah yang berpotensi mengalami tanah longsor. Selain curah hujan tinggi, kondisi kontur geografis Balikpapan yang banyak didominasi perbukitan menjadikan longsor sebagai salah satu ancaman bencana hidrometeorologi yang paling diwaspadai tahun ini.

Kepala BPBD Kota Balikpapan, Usman Ali, menegaskan bahwa potensi longsor kini harus menjadi perhatian serius bagi warga, terutama yang tinggal di kawasan perbukitan, lereng, bantaran sungai, serta daerah dengan struktur tanah labil. Ia menekankan bahwa kesiapsiagaan warga menjadi kunci pencegahan jatuhnya korban jiwa. “Longsor sering terjadi tiba-tiba, terlebih saat hujan deras turun dalam durasi cukup lama. Kami imbau warga yang tinggal di lereng untuk meningkatkan kewaspadaan dan segera mengungsi sementara bila hujan berkepanjangan. Jangan menunggu sampai kondisi berbahaya,” ujar Usman Ali, Senin (3/11/2025).

Untuk memastikan penanganan cepat saat terjadi longsor, BPBD Balikpapan mengoperasikan sistem siaga penuh 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Petugas ditempatkan di enam sektor wilayah kota dan siap diterjunkan ke lokasi kejadian kapan pun laporan diterima.

Masing-masing sektor dijaga antara 8 hingga 13 personel, disesuaikan dengan tingkat kerawanan dan kebutuhan kondisi lapangan. Wilayah Balikpapan Utara saat ini menjadi prioritas utama pemantauan karena intensitas hujan yang tinggi serta struktur tanah yang rawan bergerak. “Beberapa kejadian longsor yang pernah terjadi mayoritas menimpa rumah yang berada di bawah tebing atau di area tanah dengan kontur tidak stabil. Ada kasus terjadi pada malam hari, saat warga sedang tertidur, sehingga berpotensi besar mengancam keselamatan,” jelas Usman.

BPBD mengingatkan warga untuk tidak menyepelekan tanda-tanda pergerakan tanah sekecil apa pun. Menurut Usman, salah satu penyebab terbesar terjadinya korban pada peristiwa longsor adalah karena warga terlambat menyadari tanda bahaya atau enggan mengungsi lebih awal.

Kata Usman, tanda-tanda yang harus segera diwaspadai diantara lain retakan pada tanah atau lantai halaman rumah, Pagar, tiang listrik, atau pepohonan tampak miring Dinding rumah mengalami retak mendadak, pintu dan jendela sulit dibuka akibat pergeseran struktur bangunan dan air berwarna keruh keluar dari sela tanah saat hujan. “Begitu tanda-tanda ini muncul, segera menjauh dari area berbahaya dan hubungi petugas. Jangan menunggu sampai terjadi longsor besar. Evakuasi dini jauh lebih aman,” tegasnya.

Guna memperkuat kesadaran masyarakat, BPBD menggencarkan edukasi tentang mitigasi bencana, khususnya longsor, melalui forum RT, kelurahan, komunitas relawan, sekolah, hingga media massa. “Kami sangat berharap dukungan media untuk memperluas penyebaran informasi mengenai mitigasi longsor. Pencegahan hanya akan efektif jika masyarakat paham risikonya dan tahu apa yang harus dilakukan sebelum kejadian,” kata Usman.

Dalam situasi rawan bencana, Usman menegaskan pentingnya membangun budaya peduli dan saling mengingatkan antarwarga. Ia menyebut bahwa menjaga keselamatan bersama adalah bentuk nyata dari kepedulian dan cinta terhadap keluarga maupun lingkungan sekitar. “Bentuk cinta paling sederhana adalah kewaspadaan saling mengingatkan, membantu tetangga yang tinggal di lereng, dan tidak menganggap remeh tanda-tanda alam. Kita selamat bukan hanya karena bantuan petugas, tetapi karena persiapan dan kepedulian masyarakat,” ujarnya. (rep)



Tinggalkan Komentar

//