Tulis & Tekan Enter
images

Disdag Sidak Migor di Balikpapan, Distributor Mengaku Pesanan Dibatasi Produsen

Kaltimkita.com, BALIKPAPAN - Kelangkaan minyak goreng yang terjadi di kota Balikpapan semakin dalam fase serius, faktanya, warga saat ini semakin mengeluh, disebabkan stok dipasaran semakin sulit ditemukan, ditambah lagi, pada bulan depan sudah memasuki Ramadhan. Hal ini semakin membuat cemas serta kepanikan bagi masyarakat.

Oleh karena itu, Pemerintah Kota Balikpapan melalui Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Balikpapan, didampingi Komisi Pengawas Persangian Usaha (KPPU) dan Ombudsman Kota Balikpapan, turun langsung kelapangan guna melakukan Inspeksi mendadak (Sidak) ke sejumlah distributor minyak goreng (migor) yang ada di Kota Balikpapan, pada Selasa (8/3/20022).

Tim Sidak yang dipimpin langsung Kepala Disdag Kota Balikpapan, Arzaedi Rachman, mengunjungi lokasi pertama di gudang Distributor PT. Has Jaya di KM 2 Jalan Soekarno Hatta, Balikpapan Utara. Disana tim melihat langsung pasokan migor merek Madina yang tampak tersusun rapi, informasinya stok tersebut baru akan disalurkan ke sejumlah lokasi di Balikpapan maupun di Penajam Paser Utara dan Tanah Grogot.

“Stok yang ada ini kami minta untuk segera didistribusikan sesuai dengan permintaan pasar, dan kami minta diutamakan dulu yang di Balikpapan karena ini ring satunya distributor tersebut,” jelas Arzaedi saat diwawancarai awak media di tengah sidak.

Kemudian, lanjut Arzaedi, menurut keterangan distributor, untuk permintaan migor distributor sudah dibatasi langsung oleh pihak produsen, namun ia berharap prosuden mendistribusikan tidak ada kata stop dan menjatah sesuai kebutuhan pasar di Balikpapan.

"Yang membatasi itu Produsen, kalau distributor malah mintanya lebih banyak," beber Arzaedi.

Arzaedi menegaskan, untuk proses pendistibusian, pihaknya meminta para distributor mencantumkan keterangan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 14 ribu, dan penerapan tersebut disanggupi dengan membuat cap di faktur dengan harga tersebut.

“Kalau di Balikpapan ini berdasarkan data Februari kemarin untuk migor semestinya mencukupi, tapi Maret ini kita masih dalam tahap pengumpulan data, karena laporannya dari distributor pasokan migor dari produsen juga sudah naik turun,” sambungnya.

Ia membandingkan kalau di kalkulasikan sebetulnya 3 hingga 4 liter itu cukup untuk 1 Kepala Keluarga (KK), tapi kenyataannya berbeda di lapangan, masyarakat banyak berbondong-bondong mencari minyak sementara pasokan di rumahnya masih banyak.

“Stok yang ada sebetulnya lebih, tapi kenyataannya di lapangan kosong ini yang mau kita cari tahu, setelah melihat di lapangan ke distributor dari minyak goreng merek Madina ada di gudang tinggal di distribusikan,” akunya.

Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah V KPPU, Manaek SM Pasaribu mengatakan, memang tren ada perpindahan dari perilaku masyarakat yang beli migor ke ritel modern yang sebelumnya beli di Pasar Tradisional yang harga migor dijual di atas HET.

“Kami lihat mungkin ini ada tren berpindah, kami menemukan beberapa indikasi adanya temuan dari Pasar tradisional sudah mendapatkan modal diatas HET, ini juga kita konfirmasi ke Distributor apakah menjual sudah dibawah HET atau malah di atasnya,” ujar Manaek.

“Inilah yang perlu kami telusuri lagi, apakah benar pasar tradisional itu membeli harga modalnya di atas HET ke Distributor,” tambahnya.

Pihak KPPU juga sudah melakukan pemantauan dari Oktober 2021 dan ini masuk tahap penelitian, saat ini sudah dipanggil beberapa pihak dari Produsen, distributor dan sudah dilakukan penelitian di Jakarta. Data dan informasi ini dikumpulkan setiap minggu mengenai survei-survei dan dilaporkan ke Kantor Wilayah.

“Jadi ada banyak yang kami temukan kemarin, prilaku dari masyarakat ini yang pertama memang kami melihat ada fenomena adanya kekurangan pasokan dari produsen ke distributor, dan adanya panic buying masyarakat yang dikarenakan masih ada terlihat harga yang berbeda, baik di Pasar Tradisional maupun di Ritel Modern,” jelasnya.

“Memang trennya ritel modern di Balikpapan sudah sesuai HET, tapi di Pasar Tradisional bisa dilihat harganya di atas HET,” sambungnya.

Kata Manaek, inilah yang menjadi fenomena yang agak sedikit berbahaya, karena bisa jadi Distributor ini memilih menjual ke pasar tradisional karena mendapatkan untung lebih tinggi.

“Kami lihat juga dari sisi perbandingan, seperti contoh di Samarinda di Pasar Segiri ada bandling, jika beli minyak goreng satu liter Rp 14 ribu, wajib membeli santan, artinya adanya bandling dan ini salah satu pelanggaran dari UU Nomor 5 tahun 1999 tentang persaingan usaha,” tuturnya.

Pun begitu, Owner distributor PT. Has Jaya, S. Hadi Susanto mengatakan, semenjak Januari 2022, alokasi stok migor dibatasi oleh produsen.

"Jadi pembatasannya dari pabrik, bahkan nanti kedepan kami hanya mendapat 3 kontainer migor saja yang sebelumnya 6 kontainer," terangnya.

Namun, Hadi Susanto membantah jika distrubutor menjual harga diatas HET ke Pasar, sehingga pedagang menaikan harga jual di atas HET.

“Kami menyalurkan ke pedagang malah dibawah HET sekitar Rp 13.500 perliter, sehingga tidak benar kalau dari kami yang menaikan harga duluan,” kata Has Hadi Susanto.

Pihaknya juga mengaku saat ini migor dialokasikan langsung dari produsen, bukan lagi dari permintaan dari distributor.

“Jadi kami juga terbatas, kemarin kami baru kedatangan enam kontainer migor yang ukurannya campur-campur dan sudah sebagain kami salurkan, dan ke depan kita kedatangan kontainer lagi yakni 1 kontainer isi migor satu liter, 1 kontainer isi dua liter migor, dan 1 kontainer migor isi yang lima liter,” pungkasnya.(lex)


TAG

Tinggalkan Komentar