Kaltimkita.com, BALIKPAPAN - Dari olahan kepiting khas pesisir Balikpapan, Kampoeng Timoer Delicious Seafood kini menjelma menjadi salah satu UMKM unggulan yang mampu menembus pasar ASEAN. Di bawah naungan perusahaan Azra Sentosa Jaya Industri Seafood Snack, produk ini berhasil membawa cita rasa laut Kalimantan Timur ke panggung internasional.
Ditemui digerai utamanya, di Jalan Soekarno-Hatta Km 2, Kelurahan Gunung Samarinda, Balikpapan Utara, Gilang M.F, sang CEO Kampoeng Timoer menceritakan awal kisahnya. Di mana ia memulai langkahnya pada tahun 2012 lalu dengan produk andalan peyek kepiting, yang menjadi pelopor camilan berbahan dasar kepiting pertama di Indonesia. Kini, Kampoeng Timoer berkembang menjadi produsen aneka oleh-oleh dan makanan ringan olahan laut khas Balikpapan, seperti abon rajungan dan kepiting saus lada hitam siap saji.
“Harapan kami sederhana, dari laut lokal Balikpapan bisa untuk Indonesia dan dunia. Kami ingin produk lokal bisa dikenal luas, karena bahan bakunya pun asli dari nelayan dan tambak sekitar,” ujar Gilang, CEO Kampoeng Timoer dalam popcastnya di kanal youtube Smart FM, Rabu (12/11/2025).
Produk Kampoeng Timoer tidak hanya dijual di gerai utama, tetapi juga aktif dipasarkan melalui media sosial dan marketplace digital. Bahkan, produknya telah diekspor ke Malaysia dan diminati oleh calon pembeli dari Taiwan dan China.
Untuk memperluas pasar global, Kampoeng Timoer juga menampilkan kemasan modern berbentuk segi lima yang menarik minat konsumen muda. Sebagian kemasan menggunakan bahasa Mandarin, sebagai strategi branding menyasar pasar Asia Timur.
Selain berinovasi di bidang produk, Kampoeng Timoer juga menjaga standar kualitas tinggi. Semua produknya telah lulus uji laboratorium, berstandar GMP dan ISO, serta diklaim aman dikonsumsi tanpa menimbulkan kolesterol tinggi atau alergi. “Kandungan rempah seperti bawang putih dan kencur membantu menjaga keseimbangan gizi, sehingga produk kami tetap sehat,” jelas Gilang.
Menariknya, dari satu bahan kepiting, seluruh bagian dapat dimanfaatkan. Daging diolah menjadi camilan, sementara cangkang dijual kembali ke pasar kosmetik Korea dan China sebagai bahan dasar produk kecantikan. Saat ini Kampoeng Timoer memiliki dua lokasi produksi, salah satunya di Sentra Industri Kecil Tritip (SIKT) hasil dukungan dari Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindustrian (DKUMKMP) Kota Balikpapan. Dukungan pemerintah ini turut membantu peningkatan kapasitas produksi, legalitas usaha, dan pelatihan SDM.
Dengan 18 karyawan tetap dan hingga 25 orang saat permintaan meningkat, Kampoeng Timoer mampu memproduksi hingga 36 kilogram produk per hari, dengan kapasitas bulanan mencapai 1 ton. Produk mereka kini tersebar di berbagai daerah, seperti Samarinda, Banjarmasin, Jakarta, Yogyakarta, Malang, dan Bali.
Tak hanya berproduksi, Gilang juga membuka wisata edukasi Kampoeng Timoer, di mana masyarakat, pelajar, dan komunitas UMKM bisa belajar langsung tentang proses produksi, pengemasan, hingga strategi pemasaran digital. “Bagi kami, keberhasilan bukan hanya soal menjual produk, tapi juga berbagi ilmu agar UMKM lokal lain bisa tumbuh bersama,” tutup Gilang dengan semangat. (lex)


