Tulis & Tekan Enter
images

Rizky Hidayat Ismail (kanan) bersama trofi dan juara ganda putra Kejuaraan Nasional Singapura.

Rizky Hidayat Ismail; Pebulu Tangkis asal Wima Surabaya, Merasakan Gelar Juara Nasional di Tiga Negara

Menjadi juara nasional susahnya minta ampun. Tapi Rizky Hidayat Ismail mampu melakukan di tiga negara. Kok bisa ?

--

KESEMPATAN menjadi pebulu tangkis Indonesia itu sudah ada di depan mata. Ketika itu, Rizky Hidayat Ismail mendapat panggilan mengikuti seleksi nasional (seleknas) di Pemusatan Latihan Nasuional Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (Pelatnas PBSI) di Cipayung, Jakarta, Timur. 

 ''Saya dipanggil pada 2012. Saya bersama pasangan saya ketika itu, Riyo, yang sama-sama dari satu klub, Wima, Surabaya,'' katanya.

Ketika itu, dia berpasangan dengan Ade Yusuf. Sayang, dari seleksi itu, tandemnya yang dipanggil. Alasannya cukup menyakitkan, postur tubuhnya dianggap kurang tinggi. 

Dengan gagal masuk ke Pelatnas Cipayung, sebutan akrab Pelatnas PBSI, membuat pebulu tangkis kelahiran Ambon, Maluku, 13 Mei 1994 tersebut berpikir untuk keluar dari Indonesia.

''Saya mengikuti Liga Bulu Tangkis Malaysia selama tiga bulan. Setelah itu, saya ke Singapura untuk menjalani test untuk jadi pemain Singapura,'' kata Rizky. 

Ketika itu, Negeri Singa, julukan Singapura, dilatih Eng Hiang. Sosok yang pernah menyumbangkan medali perunggu ganda putra bagi Indonesia di Olimpiade Athena, Yunani, 2004. Sekarang, Eng Hian menjadi pelatih ganda putri di Pelatnas Cipayung.

''Dari Indonesia ada empat orang yg ikut seleksi. Selain saya dari Wima, ada Yustian dari Suryanaga, serta dua atletr Djarum Dandi dan Rizki Susanto,'' kenang Rizky.

Hanya, dari keempat, ternyata yang diterima dia dan Rizki Susanto. Eng Hian langsung yang mengabari. 

''Saat itu, saya lagi main di Sirnas (Sirkuit Nasional) Makassar. Saya langsung ke Singapura,'' lanjut atlet yang memulai berlath bulu tangkis di Ternate, Maluku Utara, tersebut. 

Namun, di Singapura, Rizky hanya bertahan dua minggu. Pergantian pelatih dari Eng Hian ke pelatih Korea Selatan sangat berimbas. 

''Pelatih Korea Selatan itu tidak mau pebulu tangkis dari Indonesia. Setelah itu, saya kembali ke Surabaya,'' jelasnya.

Di Kota Pahlawan, julukan Kota Surabaya, Rizky berlatih di klubnya, Wima. Klub yang sudah diikutinya sejak usia 9 tahun atau setelah dia memutuskan meninggalkan Ternate untuk berlatih di Surabaya. 

Pada 2015, Rizky kembali ke Singapura. Dia mendapat panggilan mengikuti seleksi kembali untuk menjadi lawan tanding bagi tim nasional negara itu. 

''Saya diterima sekaligus bertuga sebagai asisten pelatih. Di Singapura, saya bertahan hingga 2020,'' ujarya.

Selama di sana, putra pasangan Ismal Samad dan Nurlaila Abbas ini juga merasakan menjadi juara nasional pada 2019. Ketika itu, dia berpasangan dengan Albert Saputra di ganda putra. 

''Di ganda campuran, saya menjadi runner up berpasangan dengan Shinta (Mulia Sari, atlet asal Jogjakarta yang sudah menjadi warga negara Singapura). Kalau di Indonesia, saya juara 2010 di Bengkulu ketika berpasangan dengan Ade Yusuf,'' kenang Rizky.

Shinta juga merupakan kakak dari istrinya, Citra Putri Sari Dewi. Rizky bertemu dengan perempuan pujaan hatinya itu saat sama-sama bergabung di pemusatan latihan Singapura. Keluarga Shinta pula yang menjadi pertimbangan Rizky memilih Australia sebagai negara tujuan berikut dalam berkarir bulu tangkis.

''Ada tawaran ke Amerika Serikat juga. Tapi, saya pilih Australia, ada kakak dari istri di sini,'' jelas Rizky yang saat ini tinggal di Sydney.

Hebatnya, di Negeri Kanguru, julukan Australia, Rizky juga menjadi juara nasional. Berpasangan dengan Hoang Pham di naik ke podium terhormat di ganda putra. 

 "Di ganda campuran, berpasangan dengan istri, saya menjadi runner-up.'' (*)


TAG

Tinggalkan Komentar