Oleh: Dr. Isradi Zainal
Rektor Uniba-Direktur Indeks survey Indonesia (Insurin) dan Ketua Komisi II DK3N
Penggunaan kapal sebagai tempat isolasi mandiri menurut sejumlah media diinisiasi oleh Walikota Makassar Danny Pomanto. Penggunaan kapal tersebut sebagai wujud kerjasama antara PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) dan Pemkot Kota Makassar.
Menurut Dirut PT. Pelni Insan Purwarisya L. Tobing, pihaknya akan menyiapkan KM. Umsini sebagai kapal pertama sebagai lokasi apung isolasi mandiri bagi yang terpapar covid tanpa gejala dan gejala ringan yang menurutnya sesuai dengan permintaan walikota Makassar. Penggunaan kapal Pelni ini sebagai lokasi isoman karena menurutnya kapal dalam posisi portstay (berhenti beroperasi untuk sementara waktu). Kapal pertama yang akan digunakan adalah KM. Umsini. (medcom.id)
Menurut walikota Makassar Danny Pomanto, penggunaan KM. Umsini mengusung tiga konsep diantaranya recovery, training motivasi, dan olah raga/rekreasi. (Liputan6.com).
Selanjutnya Direktur usaha PT. Pelni Sodikin menyatakan kapal merupakan tempat teraman melakukan Isoman karena jauh dari pemukiman dan tempat tinggal, dapat berkeliling dengan sejumlah fasilitas termasuk wifi, bisa berjemur, dan air laut bagus untuk pernafasan bagi pasien Covid-19 karena mengandung kadar garam (www.sonora.id). Perjanjian kerjasama ditanda tangani pada tanggal 2 Agustus 2021 di atas kapal KM Umsini dihadiri oleh Dirjen Perhubungan laut.
Lalu bagaimana urgensi penggunaan kapal penumpang di masa pandemi Covid-19? Apakah urgen dan mendesak, apakah pasien covid lebih senang atau lebih happy, apakah lebih pasien covid yang OTG atau gejala ringan lebih mudah recovery, atau apakah kapal lebih aman dan sehat?
Dari segi urgensi, penggunaan kapal penumpang sebagai ruang isolasi mandiri bisa difahami jika di darat sudah tidak tersedia ruang penampungan isolasi seperti rumah sakit atau di lokasi lain atau terbatasnya fasilitas yang dimiliki untuk membantu penyembuhan OTG/Gejala ringan Covid-19.
Hal lain yang mesti dipertimbangkan adalah kapal yang akan digunakan memang lagi tidak beroperasi. Selain itu harus disampaikan juga secara terbuka jumlah biaya yang akan dipakai jika menggunakan kapal milik pemerintah tersebut, dan mesti dipastikan apakah lebih ekonomis atau tidak. Berdasarkan informasi sewa kapal Pelni untuk setiap bulannya di kota Makassar sebesar 1,5 Milyar per bulan, belum termasuk uang makan, transportasi, dan sarana lainnya bagi pasien dan petugas
Pada dasarnya menggunakan kapal pelni yang lagi tidak beroperasi akan membantu keterpurukan sektor tranportasi laut yang juga dibatasi aktivitas berlayarnya selama Covid-19.
Skema ini sesuai saja dengan strategi penanggulangan Covid-19 oleh Pemerintah, akan tetapi perlu dicatat bahwa perhatian itu tidak saja untuk pemerintah tapi juga pihak yang terpuruk akibat Covid-19. Hanya saja sebagai catatan dalam waktu bersamaan menurut data yang kami terima banyak hotel terancam gulung tikar.
Penggunaan kapal laut sebagai tempat isolasi Covid-19 kalau ditinjau dari segi kenyamanan atau happiness pasien mungkin menjawabnya relatif, bisa saja ada yang senang tapi bisa juga banyak yang tidak suka karena mabuk atau alasan lainnya.
Yang pasti menurut sejumlah kalangan nakes menjadi lebih repot, dan membutuhkan sarana transportasi untuk kembali ke rumah. Selanjutnya terkait dengan kemudahan recovery bagi penderita Covid-19 yang isolasi mandiri di atas kapal, secara teoritis ini tidak benar dan belum ditemukan pernyataan atau penelitian pakar terkait hal tersebut.
Jika ditinjau dari resiko keselamatan dan kesehatan kerja tentu saja kapal memiliki potensi bahaya yang lebih besar dibanding di daratan baik kaitannya dengan getaran, kebisingan, pencahayaan, potensi kebakaran, tenggelam, dan lain lain.
Hanya saja pasti ada pertimbangan lain yang sudah diperhitungkan oleh pemkot dan pihak Pelni, bisa saja dari segi konsentrasi petugas dalam menangani pasien Covid-19 atau alasan lainnya. Kita harus tetap positive thinking kepada pemerintah dan jangan membiarkannya bekerja sendiri. Semua pihak harus menjadi solusi. Karena tanpa sinergy mengatasi Covid-19 sekaligus membangkitkan ekonomi nasional tidak akan terwujud. (*)