Tulis & Tekan Enter
images

Anggota Dewan Kutim Kidang tegaskan perketat perizinan alih fungsi lahan demi menjaga habitat satwa

Jaga Habitat Buaya dan Tekan Korban Jiwa, Kidang Minta Perketat Izin Alih Fungsi Lahan kepada Pemkab Kutim

KaltimKita.com, BENGALON – Masuki hari ke empat proses pencahrian bocah berusia (8) tahun yang menjadi serangan buaya kembali anggota DPRD Kutim Masdari Kidang menyoroti dengan mereview kembali beberapa kasus korban yang terus berjatuhan akibat sambaran buaya secara mengganas.

“Saya ini dilahirkan di Desa Tepian Langsat Kecamatan Bengalon selama puluhan tahun di Bengalon, jaman bahari (tempoe doloe) jarang sekali saya mendengar baik ditanah kelahiran saya ini maupun desa seputaran Bengalon terdengar korban yang diterkam buaya seperti belakangan ini yang berkembang,” ulas Kidang saat kembali diwawancarai jurnalis KaltimKita.com

Menurut pengamatan Kidang buaya mulai menyasar dan dekat sekali dengan kehidupan manusia, sejak semakin loss – nya pemerintahan terutama kepala daerah pada setiap dekade priode kepimpinannya begitu mudahnya mengeluarkan izin perusahaan perkebunan kelapa sawit termasuk tambang batu bara dengan menjamur, sehingga kawasan rawa habitat asli buaya tergerus terkalahkan oleh kepentingan perusahaan sawit dan batu bara.

 

Reptil buaya yang berada di aliran perkebunan sawit yang ada di Kutim

“Pada akhirnya merasa terganggu serta tak ada lagi sarangnya akibat perluasan lahan baik untuk pertambangan batu bara termasuk sawit. Dengan bebasnya buaya berkeliaran di sungai-sungai yang ada di Bengalon berdampak pada ancaman keselamatan manusia,”bebernya dengan nada serius saat memberikan keterangan persnya melalui media online KaltimKita.com.

 Ketua PAC Berkarya Bengalon ini mengutarakan hijrahnya ribuan buaya dan sangat dekat dengan kehidupan manusia (berdampingan) menurutnya juga karena tidak ada lagi kawasan rawa-rawa dan peralihan kanal bantaran sungai dialihkan ke perairan yang terdapat banyak pemukiman penduduk. “Disatu sisi dapat dikatakan tanggung jawab pemerintah melalui kepala daerahnya dalam salah menata kembangkan kawasan-kawasan pertambangan serta sawit, jangan terus-terusan dipermudah pemberian ijin apakah untuk kepentingan produksi batu bara maupun perusahaan perkebunan kelapa sawit,” kata Kidang.

 

Alih fungsi perizinan lahan cenderung merusak ekosistem di sekitarnya

Terancamnya habitat buaya dengan aktivitas perkebunan sawit dan batu bara dibenarkan oleh Monica Kusneti dari Yayasan Konservasi Kaltulistiwa Indonesia, ia menggambarkan di Kutim terdapat 2 buaya langka yang didapati pada lahan basah Danau Suwi Kecamatan Muara Ancalong dan Kecamatan Long Mesangat.Sementara terkait jumlah populasi pertumbuhan dua buaya langka ini masih dalam penelitian lebih lanjut oleh pihak observasi.

Menurutnya lagi sebenarnya kedua buaya tersebut terbilang reptil langka tidak agresif seperti buaya muara jenis  Crocodylus porosus yang rantai makanannya ikan. Namun namanya hewan reptil terbilang predator apabila tempat hunian mereka terganggu akibat ulah oknum-oknum manusia tidak bertanggung apakah itu dialihfungsikan untuk pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit, pertambangan batu bara kedua buaya tadi bisa menjadi agresif karena terganggu akan indikator tadi.

“Bercermin dari setiap kejadian manusia menjadi korban mangsa buaya tersebut maka saya selaku dewan bersama asosiasi observasi habitat dan satwa sinergi dan sependapat apa yang diungkapkan oleh Monica Kusneti dari Yayasan Konservasi Kaltulistiwa Indonesia. Kedepannya dalam hal ini Pemkab Kutim harus menyikapi dengan serius, karena rata-rata yang menjadi korban buaya tersebut kebanyakan manusia setidaknya pikirkanlah secara hati nurani.Coba bayangkan ini menimpa kepada keluarga kita misalnya bagaimana perasaan kita sebagai mahluk ciptaan tuhan yang terlahir sempurna memiliki akal dan pemikiran sehat,” terang Kidang.

Untuk itu Kidang meminta kepada Pemkab Kutim, siapapun yang memimpin nantinya kedepan dapat lebih ketat dan selektif lagi memberikan kebijakan akan alih fungsi lahan basah yang ada agar tidak mengganggu apalagi merusak habitat buaya langka ini. (tim)


TAG

Tinggalkan Komentar